KeluargaAllah. Abulyatama Indonesia. August 5 · Melihat senyum yang terkembang diwajah para Penghafal Qur'an di One Qur'an Institute selalu membuat kami ikut larut dalam bahagia Memberikan kebahagiaan bagi saudara sesama muslim memiliki dua keistimewaan. 1 Doa Untuk Keluarga yang Sudah Meninggal. Bapa yang begitu baik, Allah yang memiliki segala kuasa, kuatkanlah kami, anak-anak, dari orang tua yang telah meninggal dunia. Bantulah kami supaya tetap sabar dan berikanlah kami pengharapan. Limpahkan kami kepercayaan atas pengharapan bahwa dunia ke depan akan bisa jadi kembali baik. HikmahIdul Adha dalam Pendidikan Keluarga. - Juli 09, 2022. Hari raya Idul Adha merupakan momentum spesial bagi umat Muslim di seluruh dunia. Di bulan Dzulhijjah ini, umat Muslim berbondong-bondong menuju tanah suci Makkah untuk menunaikan dan menyempurnakan rukun islam kelima, yaitu ibadah haji. Satu ibadah mulia yang tak luput Secarajama’i (bersama-sama), keluarga harus punya jadwal ibadah unggulan, baik ritual maupun sosial. Harus memiliki agenda dakwah di dalam keluarga. Harus memiliki agenda dakwah untuk masyarakat sekitar. Menghadirkan suasana keluarga yang mendukung tercapainya visi dan misi keluarga. Mendidik setiap anggota keluarga untuk mencapai kualitas . Assalamualaikum wr saya pernah mendengar hadis bahwa Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia. Betapa istimewanya orang itu dan indah sekali bisa masuk ke golongan orang seperti itu. Pertanyaan saya, siapakah mereka dan bagaimana caranya agar kita bisa menjadi seperti mereka?Rusyadi Muhammad - JakartaWaalaikumussalam wr wb. Hamalat Alquran yang berarti pengemban amanah Alquran adalah mereka yang mendapatkan kedudukan khusus di sisi Allah SWT. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai ahli’ dari kalangan manusia.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu?” Baginda berkata, “Merekalah ahlu Alquran, yaitu ahli’ Allah dan golongan pilihan-Nya.” HR Ahmad dan Ibnu Majah.Yang dimaksud dengan keluarga Allah dalam hadis ini adalah para wali Allah dan golongan yang mendapat tempat istimewa di hadapan Allah SWT. Sedangkan, yang dimaksudkan dengan ahlu Alquran adalah para penghafal Alquran yang senantiasa membacanya dan beramal serta berakhlak dengan akhlak untuk menjadi seorang hamalat Alquran atau ahlu Alquran tidak cukup hanya dengan menghafal dan selalu membaca Alquran saja, tetapi harus juga mengamalkan ajarannya, tidak melanggar batas-batasnya dan berakhlak dengan akhlak Tirmidzi dalam kitab Faidh al-Qadir menjelaskan bahwa ahlu Alquran itu hanya bagi para penghafal dan pembaca Alquran yang tidak ada kezaliman syirik dalam hatinya serta tidak ada kejahatan dalam dirinya. Dan, bukanlah ahlu Alquran, kecuali mereka yang sudah menyucikan dirinya dari dosa-dosa, baik yang zahir maupun yang batin, serta menghias dirinya dengan segala bentuk ketaatan, dan ketika itulah mereka menjadi ahlu Allah SWT. Itulah yang dicontohkan Rasulullah ra ditanya tentang akhlak Rasulullah saw, ia menjawab, “Akhlak Rasulullah itu adalah Alquran.” HR Ahmad, Ibnu Hibban, dan Bukhari dalam Khalqu af’al al-Ibad. Sehingga, Allah SWT pun mengabadikan kemuliaan akhlak Rasulullah saw dalam Alquran. “Dan, sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” QS al-Qalam [68] 4.Untuk menjadi keluarga Allah sebagai ahlu Alquran dan golongan yang membangkitkan peradaban baru berlandaskan Alquran, pernyataan Sayyid Quthb dalam kitabnya Ma’alim fi al-Thariq dapat kita jadikan pandangan yang bagus. Ia menjadikan generasi sahabat Nabi sebagai menjadi pembeda antara generasi sahabat dan generasi-generasi setelahnya, yakni hanya Alquran satu-satunya sumber mata air tempat mereka mengambil air minum. Dari madrasah Alquran inilah mereka keluar dan dengan berdasarkan Alquran itu mereka menyesuaikan dan mengatur kehidupan mereka. Hal tersebut bukan karena tidak adanya peradaban atau kebudayaan lain. Bukan juga karena tidak ada ilmu pengetahuan, hasil tulisan, ataupun kajian. Melainkan, pada masa itu sudah ada peradaban Romawi yang begitu maju, juga dengan peradaban Yunani dengan segala logika, filsafat, dan itu, ada peradaban Persia yang menguasai wilayah yang luas. Dan, memang Nabi saw sengaja menjadikan Alquran sebagai satu-satunya sumber yang membentuk jiwa dan pribadi para kedua adalah dalam manhaj dan cara menerima dakwah Alquran itu. Para sahabat tidak membaca Alquran dengan tujuan untuk mencari dan mendapatkan wawasan atau pengetahuan, juga bukan sekadar untuk merasakan dan menikmatinya. Tidak ada seorang pun dari mereka yang mempelajari Alquran untuk sekadar menambah pengetahuan atau untuk menambah bobot ilmiah dan kepintaran dalam ilmu fikih. Mereka menerima dan membaca Alquran untuk menerima perintah Allah SWT berkenaan dengan masalah pribadi mereka, masyarakat tempat mereka hidup, dan kehidupan yang dijalaninya bersama lain yang perlu menjadi perhatian, yaitu ketika para sahabat ini masuk Islam, mereka melepaskan diri dari semua masa lalu yang berbau jahiliyah. Sehingga, ketika masuk Islam, mereka seakan-akan membuka lembaran baru dan menutup rapat-rapat masa kejahiliyahan. Wallahu a’lam bish shawab.Ustaz Bachtiar Nasir BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini Jakarta, —Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai mahluk yang diciptakan oleh Allah SWT sebaik-baiknya umat yakni untuk menyembah-NYA. Salah satu bentuk kecintaan kita sebagai mahluk-NYA yakni dengan membaca dan mempelajari kitab Suci Al-Quran. Dalam mempelajari Al-Quran seperti membaca, kita juga pelajari ilmu tajwid atau tahsinnya. Setelah itu mulailah dengan belajar menghafalkannya. Mengenai hafalan Al-Quran merupakan fase dimana amat menguji kesabaran dan konsistensi. Salah satu keistimewaan dari Al-Quran adalah mudah dihafalkan. Maka, sebetulnya setiap manusia memang berpotensi untuk bisa menjadi seorang penghafal Al-Quran. Seseeorang yang berusaha menjadi penjaga Al-Quran, yakni dengan membaca dan menghafal Al-Quran sesuai dengan yang telah Rasul contohkan, juga akan berusaha mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya. Seperti menjadi hafizh Quran yang merupakan seorang yang mampu menghidupkan Al-Quran di dalam hatinya. Hafizh Quran, mampu menyalakan potensi dan semangat didalam hatinya. “Sesungguhnya, Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang QS Al-Ankabut 49 Percayalah, bahwa Al-Quran itu memang ‘hidup’. Jika kita mengaku cinta Al-Quran, maka perlu pembuktian dan pengorbanan. Bukankah sejatinya cinta itu adalah tindakan? Seumpama kekasih, atau sahabat dekat … maka Al-Quran pun butuh ‘perhatian’, butuh pertemuan intens, bahkan Al-Quran bisa cemburu. Dengan upaya dan usaha kita untuk membaca, menghafal dan mengamalkan Al-Quran otomatis kita sedang menjaga diri. “Barangsiapa yang membaca menghafal Al-Quran, maka sungguh dirinya telah menyamai derajat kenabian hanya saja tidak ada wahyu baginya penghafal. Tidak pantas bagi penghafal Al-Quran bersama siapa saja yang ia dapati dan tidak melakukan kebodohan terhadap orang yang melakukan kebodohan selektif dalam bergaul sementara dalam dirnya terdapat firman HR. Hakim Untuk diketahui bahwa para penghafal Al-Quran adalah keluarga Allah di dunia. Selain itu seorang penghafal Al-Quran tentunya bisa mengangkat kemuliaan keluarganya sendiri khususnya orang tua. “Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri daripada manusia…” Kemudian Anas berkata lagi, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Baginda manjawab, “yaitu ahli Quran orang yang membaca atau menghafal Quran dan mengamalkannya. Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi HR. Ahmad “Siapa yang membaca Al-Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah kemuliaan, yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya mengapa kami dipakaikan jubah ini? Dijawab “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Quran”. HR. Al Hakim Andy Abdul Hamid

keluarga allah di dunia